- 1. PENDAHULUAN
- a. Latar Belakang
Selama ini, pemanfaatan tanaman tembakau hanya pada daun, akan tetapi tangkai daunnya belum dimanfaatkan, agar dapat menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Ekstrak dari tanaman tembakau, seperti kayu, kulit, daun, bunga, buah atau biji, diyakini berpotensi mencegah pertumbuhan jamur ataupun menolak kehadiran serangga perusak terutama pada tanaman kehutanan. Salah satu potensi kandungan nikotin yang belum dimanfaatkan adalah tangkai daun tembakau.
Limbah tangkai daun tembakau yang jumlahnya melimpah berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Kandungan nikotin yang juga terdapat pada batang tembakau dapat diekstraksi dan dimanfaatkan sebagai sumber insektisida. Nikotin diyakini dapat menjadi racun syaraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Contoh serangga yang dapat diatasi dengan menggunakan insektisida dari nikotin adalah Afid. Aiid biasanya terdapat pada daun dan tangkai bunga. Kutu tersebut menyerap sari makanan sehingga menghambat pertumbuhan tanaman dan membuka peluang masuknya bibit penyakit seperti jamur dan bakteri.
Megadomani (2006) menyebutkan bahwa nikotin adalah zat aditif (menyebabkan kecanduan) yang memengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogenik, dimana mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Nikotin termasuk golongan alkaloid beracun aktif, tidak berwarna, berminyak, tersusun dari unsur karbon, hidrogen. Sifatnya yang meracun dan karsinogenik menyebabkan pemanfaatan insektisida dari nikotin belum banyak dikembangkan. Akan tetapi pemanfaatannya sebagai insektisida sebaiknya dilakukan untuk mengatasi hama pada persemaian tanaman kehutanan, bukan diperuntukkan bagi tanaman pangan. Dengan demikian limbah tangkai daun tembakau sebagai sumber nikotin tetap dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan insektisida bagi tanaman kehutanan. Solusi di atas didukung dengan adanya permasalahan hama pada persemaian tanaman kehutanan. Di persemaian, bibit sering terserang hama sehingga menurunkan produktivitas dan menyebabkan mutu bibit tanaman yang akan ditanam di hutan tidak dalam keadaan optimum.
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk memanfaatkan lirnbah tangkai daun tembakau yang jumlahnya sangat melimpah. Pemanfaatan tersebut dimulai dengan mencari cara mengekstraksi kandungan nikotin pada tangkai daun tembakau, kemudian memanfaatkannya sebagai sumber insektisida tanaman kehutanan, serta memformulasikan dosis efektif dalam mengatasi hama yang menyerang tanaman kehutanan tersebut.
- b. Perumusan Masalah
- c. Tujuan
- d. Manfaat
(2) memberikan nilai ekonomi bagi limbah tangkai daun tembakau yang belum dimanfaatkan.
(3) mengatasi permasalahan hama pada persemaian tanaman kehutanan.
(4) memperbaiki mutu hutan dengan meningkatkan mutu bibit tanaman kehutanan mulai dari persemaaiannya.
- 2. TINJAUAN PUSTAKA
- a. Tembakau (Nicotiana tabacum L.)
Menurut Sholeh dan Machfudz (1997) dalam Hastuti (2003), tanaman tembakau merupakan tanaman tropis dan dapat tumbuh dalam rentang iklim yang luas. Tembakau dapat tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Suhu optimum selama pertumbuhan 27 – 34 °C dan memerlukan intensitas cahaya matahari yang kuat. Tinggi tanaman pada kondisi pertumbuhan normal dapat mencapai 2 meter atau lebih dengan batang yang tegak, kuat dan berkayu. Daun bawah lebih kuat dibanding dengan daun diatasnya dan daun pucuk bentuknya lebih runcing. Daun tembakau virginia berwarna hijau sampai hijau muda atauhijau kekuningan. Bunga temasuk bunga majemuk berbentuk terompet tumbuh diujung batang. Warna mahkota bunga bagian atas merah dan di bagian bawah berwarna putih.
- b. Limbah
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
- pengolahan menurut tingkatan perlakuan
- pengolahan menurut karakteristik limbah
- Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
- Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang cukup dan tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.
- Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
- Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
- Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan makan, minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga untuk kebutuhan cuci dan pembersihan lingkungan.
- Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik.
- Limbah padat
- Limbah gas dan partikel
- c. Pengelolaan Pasca Panen Tembakau
Menurut Tirtosastro (1998), panen tembakau dilakukan dengan cara memetik satu per satu daun yang cukup masak untuk diolah. Panen umumnya dilakukan dengan tangan dan pada saat pemetikan tersebut perlu diperhatikan tingkat kemasakan daun, saat dan cara pemetikan, serta melindungi dengan segera daun yang baru dipetik. Cara pemetikan yang baik adalah tanpa menimbulkan pelukaan pada daun.
- d. Limbah Tangkai Daun Tembakau
Keputusan Menteri Pertanian (2006) menyebutkan bahwa tanaman tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoksin yang sangat ampuh jika digunakan pada serangga. Zat ini sering digunakan sebagi bahan utama insektisida. Nikotin untuk Insektisida. Nikotin ialah sejenis senyawa organik yang dijumpai pada tanaman tembakau (daun tembakau mempunyai kandungan nikotin paling tinggi). Rumus kimia nikotin ialah
3-(2-(N- metilpirolidinil)). Sebanyak 5% dari bobot tembakau ialah nikotin yang merupakan racun saraf kuat (potent nerve poison) dan digunakan di dalam racun serangga (wikipedia,2011).
Nikotin dirumuskan untuk keperluan insektisida dalam behagai bentuk: senyawa murni, nikotin sulfat, dan serbuk tembakau. Nikotin murni dianggap beracun bagi mamalia dengan dosis fetal sebesar 50 mg/kg. Oleh karena itu, nikotin mumi sebagai insektisida botani dibatasi penggunaannya (Cassanovaelal. 2002).
Nikotin murni merupakan hasil ekstraksi tembakau yang sangat beracun bagi hewan berdarah panas. Insektisida biasanya dipasarkan dalam bentuk nikotin sulfat dengan konsentrasi 40% cairan. Serbuknya dapat membuat iritasi kulit sehingga tidak sesuai jika digunakan pada tanaman pangan. Nikotin lebih efektif ketika digunakan selama cuaca panas dan dapat terdegradasi dengan cepat. Nikotin digunakan untuk membasmi berbagai jenis serangga kecil seperti kutu daun (afid), lalat, belalang, dan ulat (Cruces 2005).
Afid disebut juga kutu daun atau serangga lunak dan merupakan hama yang menyerang bagian tumbuhan seperti sayuran, hasil panen padi, dan tanaman buah. Lalat merupakan sejenis hama seperti afid yang memperoleh makanan dengan cara mengisap getah tumbuh-tumbuhan dan biasanya ditemukan di bawah permukaan daun. (Barret 2007).
Belalang adalah nama umum yang biasa digunakan untuk berbagai spesies dari famili Cicadellidae. Belalang, juga dikenal sebagai pelompat dan serangga pemakan tumbuhan. Sementara itu, ulat merupakan serangga kecil yang menyerang daun muda dengan cara menusuk lapisan atas dan menghisap sari buah (wikipedia,2011)
- e. Estraksi Nikotin
- f. Fungsi Insektisida Limbah Tembakau
- Repelan : menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
- Antifidan : mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot
- Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
- Menghambat reproduksi serangga betina
- Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga
- Atraktan : pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
- Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri (Barret 2007).
- g. Keunggulan Insektisida Limbah Tembakau
- 3. PEMBAHASAN
- Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
- Relatif aman terhadap lingkungan
- Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
- Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
- Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain
- Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. (Barret 2007).
Dengan demikian, pengembangan teknologi penanganan dan pemanfaatan limbah akan sejalan dengan upaya pengendalian pencemaran lingkungan dan kebutuhan energi di industri yang semakin meningkat akan terpenuhi dengan penggunaan energi alternatif atau substitusi sehingga kegiatan produksi industri dapat ditingkatkan secara efektif dan efisien serta dapat menjamin tercapainya pengembangan pertumbuhan dan keberlanjutan usaha.
Briket merupakan hasil pengempaan atau densifikasi suatu biomasa. Biomasa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan. Abdullah (2002) menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi energi biomasa yang sangat besar. Diperkirakan setiap tahun dihasilkan 146,7 juta ton biomasa. Contoh biomasa antara lain pepohonan, rumput, limbah pertanian, limbah hutan, limbah pangan dan sebagainya. Biomasa yang dibuat briket pada umumnya berbentuk serpihan atau serbuk- serbuk kecil, seperti serbuk kayu (Apryantietal., 2006). Namun Pemanfaatan limbah tersebut sebagai briket dan papan serat tidak memberikan hasil yang baik karena aromanya yang tidak enak, hal itu disebabkan oleh kandungan nikotinnya. Oleh karena itu nikotin perlu diekstraksi dan selanjutnya ekstrak nikotin dimanfaatkan sebagai bioinsektisida. Ekstrak nikotin tersebut tidak dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida bagi tanaman pangan karena akan mempengaruhi mutu produk pangan yang dihasilkan. Pemanfaatannya pada tanaman kehutanan dimaksudkan untuk mencegah dampak pencemaran yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Dari penelitian yang pernah dilakukan pemberian insektisida dari nikotin dengan berbagai konsentrasi. Setelah itu dilakukan penyemprotan insektisida pada tanaman yang terserang hama afid tanaman diamati selama 3 hari, kemudian ditentukan efektifitas pemberian insektisida pemanfaatan limbah tangkai daun tembakau sebagai penghasil nikotin memungkinkan untuk dikembangkan. Berdasarkan rendemen hasil yang diperoleh dari proses ekstraksi yaitu sebesar 0,7840 gram nikotin dari 20 gram sampel. Serbuk nikotin hasil ekstraksi dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida tanaman kehutanan dengan dosis yang paling efektif yaitu sebesar 5 % berdasarkan bobot.
- 4. PENUTUP
- a. Kesimpulan
- b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Nikotin. http://id.wikipedia.org./ diakses pada tanggal 20 mei 2011
Abdullah. 1998. Energi dan Elektrifikasi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan
Tinggi IPB, Bogor.
Achmad, R. 1991. Briket Arang Lebih Baik dari Kayu Bakar. Neraca 10(4) : 21- 22.
Agustina, S.E. 2006. Densification Technology. Laboratorium Energi dan Elektrifikasi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Megadomani A. 2006. Nikotin Antara Bahaya dan Kesehatan. Jakarta: Erlangga.
sumber : fendi
No comments:
Post a Comment